Bulukumba – Sebuah akhir pekan yang semula penuh harap dan kebiasaan rutin, kini berubah menjadi mimpi buruk bagi keluarga Fahrul, pria 45 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai petugas keamanan di Bank BTPN Bulukumba. Fahrul dilaporkan hilang setelah pergi memancing di laut, Minggu pagi, 15 Juni 2025.
Suasana haru menyelimuti kediaman Fahrul di BTN 2, Kelurahan Tanah Kongkong, Kecamatan Ujung Bulu. Keluarga, kerabat, hingga tetangga tak kuasa menahan air mata, terutama saat satu-satunya yang ditemukan dari keberangkatan itu hanyalah perahu kecil miliknya—terombang-ambing di pesisir Pantai Lamalaka, Kabupaten Bantaeng. Sang pemilik, hilang tanpa jejak.
Fahrul, atau yang akrab disapa “Pappi” oleh keluarga dan rekan-rekannya, pamit kepada sang istri sekitar pukul 06.00 WITA pagi itu. Ia membawa perlengkapan memancing seadanya. Kegiatan ini bukan hal baru baginya—sebelum menjadi security, ia adalah nelayan. Laut adalah bagian dari hidupnya.
Namun, laut yang dulu bersahabat kini seolah menelannya diam-diam. Hingga malam menjelang, tak ada kabar, tak ada suara. Ponselnya tak bisa dihubungi, dan hati keluarga pun mulai diliputi firasat buruk.
“Dia memang sering memancing di akhir pekan, itu hobinya. Tapi ini pertama kalinya dia tidak pulang, dan tidak ada kabar sama sekali,” ujar Adhi, kerabat dekat Fahrul dengan mata berkaca-kaca.
Begitu kabar hilangnya Fahrul diterima, tim gabungan dari BPBD Bulukumba, Basarnas, dan BPBD Bantaeng langsung dikerahkan. Mereka menyisir area laut dan pesisir tempat perahu ditemukan. Posko pencarian telah didirikan di Pantai Marina, Bantaeng, dan pencarian masih terus berlangsung hingga Senin, 16 Juni 2025.
Pencarian melibatkan berbagai unsur: perahu karet, drone pantau udara, hingga regu penyelam. Warga sekitar pun turut membantu, menunjukkan betapa besar solidaritas dan harapan yang masih tersisa.
Kini, hanya doa dan harapan yang menjadi tumpuan. Setiap ombak yang datang ke pantai seolah membawa tanya: di manakah Fahrul?
Keluarga besar, terutama sang istri dan anak-anak, terus menanti di rumah dengan penuh harap. Tak peduli siang atau malam, mereka hanya ingin satu hal: Fahrul pulang dengan selamat.**