HALSEL – Masyarakat Desa Tokona, Kecamatan Bacan Selatan, Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara, mengungkapkan keprihatinan dan kekecewaan mereka terhadap lambatnya penanganan jembatan yang roboh dan hingga kini belum diperbaiki. Jembatan Tokona yang merupakan akses utama masyarakat desa untuk melakukan aktivitas sehari-hari kini dalam kondisi rusak berat setelah mengalami kerusakan parah beberapa waktu lalu, hingga akhirnya roboh total akibat derasnya arus sungai dan usia infrastruktur yang sudah tua.
Warga Desa Tokona, yang sebagian besar berprofesi sebagai petani, nelayan, pedagang kecil, serta pelajar, kini harus menempuh jalan alternatif yang jauh lebih panjang dan berbahaya. Kondisi ini tidak hanya memperlambat aktivitas ekonomi masyarakat, tetapi juga berdampak langsung terhadap akses layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan distribusi logistik.
“Kami sudah lama menunggu perhatian dari pemerintah daerah. Jembatan ini adalah satu-satunya akses utama kami. Sekarang anak-anak kami harus memutar jauh ke desa sebelah hanya untuk pergi sekolah. Para petani pun kesulitan membawa hasil panen ke pasar,” ungkap salah satu masyarakat Desa Tokona. yang tidak mau di sebut namanya
Menurut warga, robohnya jembatan Tokona bukan peristiwa yang tiba-tiba. Sebelumnya, warga sudah beberapa kali melaporkan kondisi kerusakan ringan yang terjadi secara bertahap kepada pemerintah desa dan pihak terkait di kecamatan. Namun, laporan tersebut tampaknya belum ditindaklanjuti secara serius oleh pemerintah daerah. Hingga pada akhirnya, jembatan tersebut ambruk dan kini hanya menyisakan reruntuhan yang membahayakan.
Desakan terhadap Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan pun terus menguat. Warga berharap agar penanganan darurat segera dilakukan, setidaknya dengan membangun jembatan sementara atau jalur alternatif yang aman. Beberapa warga bahkan secara swadaya telah mencoba membangun rakitan jembatan dari kayu, namun hasilnya tidak cukup kuat dan berisiko tinggi saat digunakan, terutama di musim hujan dengan arus sungai yang deras.
“Kami tidak meminta sesuatu yang mewah, kami hanya ingin jembatan kami diperbaiki secepat mungkin. Ini tentang keselamatan dan keberlangsungan hidup masyarakat desa kami,” tegas Aminah, seorang ibu rumah tangga yang setiap hari harus menyeberangi sungai demi membeli kebutuhan rumah tangga ke pasar terdekat.
Permintaan masyarakat Desa Tokona ini telah disampaikan melalui surat resmi dari pemerintah desa kepada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Halmahera Selatan, serta ditembuskan ke pihak kecamatan dan DPRD setempat. Namun, hingga saat ini belum ada langkah nyata yang terlihat di lapangan.
Kondisi ini juga menuai perhatian dari aktivis lokal dan tokoh masyarakat Halmahera Selatan yang mendorong agar pemerintah kabupaten segera turun tangan sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Mereka menilai keterlambatan penanganan jembatan tersebut merupakan bentuk kelalaian yang dapat membahayakan nyawa warga serta menghambat pembangunan di wilayah pedesaan.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan diharapkan segera menurunkan tim teknis untuk melakukan survei dan merancang solusi cepat, baik dalam bentuk pembangunan jembatan darurat maupun realisasi pembangunan jembatan permanen dalam waktu dekat. Warga Desa Tokona telah menunggu cukup lama, dan kesabaran mereka kini nyaris habis.
“Kami hanya ingin hidup normal seperti sebelumnya. Bisa ke kebun, ke sekolah, ke pasar, dan ke puskesmas tanpa rasa takut atau kesulitan. Itu saja,” pungkas salah satu warga.desa tokona yang tidak mau di sebut namanya tutupnya,,,,,,,,,,,,,,,
,,,,,,,,,,,,,Pewarta,,,haji Yasin,,,,,,,