Bulukumba– Di balik seragam Satuan Lalu Lintas yang kerap bersentuhan dengan panasnya aspal dan riuhnya lalu lintas, siapa sangka ada seorang anggota polisi muda yang punya suara sejuk dan kata-kata yang menentramkan hati?
Dialah Bripda M. Ahriadi, personel Satlantas Polres Bulukumba, yang baru saja mengukir prestasi membanggakan: Juara 1 Lomba Da’i Polri kategori ceramah Kamtibmas tingkat Polda Sulsel, dalam rangka Hari Bhayangkara ke-79.
Bagi sebagian orang, menjadi polisi mungkin sebatas menjaga ketertiban. Tapi bagi Ahriadi, menjadi polisi juga berarti mengabdi lewat pesan-pesan kebaikan. Tak hanya menegur pengendara yang melanggar, ia juga menyisipkan nasihat lewat mimbar dakwah. Dari jalanan, ia naik ke panggung. Dari peluit, beralih ke mikrofon.
Lahir dan dibesarkan dengan nilai-nilai agama yang kuat, Ahriadi merupakan alumni Pondok Pesantren As’adiyah Kaloling di Kabupaten Bantaeng. Pesantren adalah tempat pertama ia belajar arti tanggung jawab, disiplin, dan bagaimana suara bisa menjadi alat perubahan. Maka ketika mengenakan seragam Polri, ia tidak meninggalkan akar itu—justru menjadikannya bekal.
“Berdakwah itu tugas setiap Muslim. Seragam Polri bukan penghalang, justru menjadi sarana untuk menjangkau lebih luas,” tuturnya dengan tenang.
Ketika lomba Da’i Polri diumumkan, Bripda Ahriadi tak berpikir panjang. Dengan semangat yang membara, ia mewakili Polres Bulukumba. Di panggung lomba, ia menyampaikan ceramah bertema Kamtibmas sebagai Amanah, membawakan dengan bahasa yang lugas namun penuh kelembutan. Ia tak sekadar berbicara, tapi menyentuh hati—membawa nilai-nilai keamanan dan kedamaian dalam bingkai iman.
Penampilannya membuat decak kagum para juri. Ia tak hanya menyampaikan pesan Kamtibmas, tetapi mengemasnya dalam bahasa yang mudah dicerna dan menyentuh sisi kemanusiaan.
Kapolres Bulukumba, AKBP Restu Wijayanto, S.I.K., tak bisa menyembunyikan kebanggaannya.
“Prestasi ini menunjukkan bahwa anggota Polri, khususnya dari Polres Bulukumba, memiliki potensi besar dalam berbagai bidang. Bripda Ahriadi bukan hanya menjaga lalu lintas, tapi juga menjaga hati masyarakat melalui ceramahnya,” ungkap Kapolres.
Kini, setelah kemenangannya, Bripda Ahriadi kembali bertugas seperti biasa. Namun di antara peluit dan tugas-tugas jalanan, ia tahu bahwa perannya lebih dari sekadar penegak hukum. Ia adalah jembatan—antara aparat dan masyarakat, antara ketertiban dan keteduhan.
“Kalau saya bisa berdakwah di jalan dan di panggung, maka siapa pun bisa. Yang penting niatnya lurus: ingin memberi manfaat,” tutupnya.
Dari Bulukumba, suara dakwah itu kini menggema ke seluruh penjuru Sulawesi Selatan. Dan di baliknya, ada sosok polisi muda yang membuktikan bahwa menjadi anggota Polri bisa sejuk, bisa religius, dan bisa sangat menginspirasi.