Merdeka Bagi Buruh: Bukan Sekadar Slogan, Tapi Kepastian Hidup

Jakarta – Di tengah gegap gempita perayaan HUT RI ke-80, suara buruh kembali menggema: kemerdekaan belum sepenuhnya mereka rasakan. Di balik bendera yang berkibar, ribuan pekerja masih dibelenggu sistem kerja tanpa kepastian, upah murah, dan kebijakan yang lebih berpihak pada pemilik modal.

“Buruh bukan sekadar faktor produksi. Buruh adalah manusia, punya keluarga, punya mimpi, dan punya hak untuk hidup sejahtera,” tegas seorang aktivis serikat pekerja dalam orasinya, Sabtu (17/8/2025).

Mereka menuntut dua hal mendasar:

1. Merdeka dari outsourcing. Bebas dari sistem kontrak jangka pendek yang meniadakan kepastian masa depan.

2. Merdeka dari upah murah. Bebas dari praktik ketidakadilan dalam pengupahan yang menjerumuskan pekerja ke lingkaran kemiskinan.

Para buruh menegaskan, seperti halnya bangsa Indonesia yang meraih kemerdekaan dengan darah dan air mata, perjuangan kelas pekerja juga tidak akan datang dengan sendirinya. Harus ada aksi kolektif, serikat yang kuat, serta keberanian untuk menolak segala bentuk penindasan.

“Merdeka itu bukan hanya terbebas dari penjajahan asing. Merdeka sejati adalah saat buruh tidak lagi diperlakukan sebagai budak modern, saat upah layak jadi kenyataan, dan saat masa depan kerja penuh kepastian,” ujar salah satu pimpinan konfederasi buruh.

Kini, di hari kemerdekaan, pertanyaan besar itu kembali menggema: sudahkah bangsa ini benar-benar merdeka, jika jutaan buruh masih hidup dalam ketidakpastian?***@red.

 

Pos terkait