Makassar – Ratusan buruh yang tergabung dalam Koalisi Serikat Pekerja -Partai Buruh (KSP-PB) kembali menggedor nurani pemerintah dengan aksi demonstrasi di depan Kantor Dinas Ketenagakerjaan, Kamis (28/8/2025). Aksi ini menjadi potret nyata kekecewaan rakyat terhadap negara yang kerap mengklaim kaya raya, namun kenyataan di lapangan justru menunjukkan jutaan rakyat masih terpuruk dalam kemiskinan.
“Negara kita tidak baik-baik saja. Hampir 70 persen rakyat hidup di bawah garis kemiskinan. Padahal kita punya sumber daya melimpah, tetapi kenyataannya rakyat kecil tetap menderita,” teriak orator dari atas mobil komando.
Ketua KSBSI, Daeng Limpo, secara tegas membantah narasi yang kerap digaungkan sebagian tokoh agama bahwa kemiskinan adalah takdir.
“Jangan memvonis rakyat miskin karena takdir. Itu kebohongan besar. Kemiskinan ini lahir dari ulah pemerintah yang gagal mengelola negara, dan dari oligarki rakus yang terus menghisap keringat rakyat,” ujarnya lantang.
Menurutnya, pemerintah hari ini lebih sibuk mengabdi pada kepentingan segelintir elite ketimbang menegakkan keadilan sosial. “Kebijakan-kebijakan yang lahir justru memperlebar jurang kesenjangan. Ketika rakyat miskin melawan, itu bukan sekadar perlawanan, tapi jeritan agar negara kembali ke jalan yang benar. Kami sudah muak dengan pemerintah yang hanya pandai berjanji, tapi lupa pada rakyat,” tambah Daeng Limpo.
Aksi ini menjadi tamparan keras bagi pemerintah pusat. Jargon “pemerataan” dan “kesejahteraan” yang kerap diucapkan di panggung politik, kini terdengar hampa di telinga rakyat. Faktanya, jutaan keluarga masih harus berjibaku untuk sekedar makan sehari-hari, sementara kekayaan negara hanya berputar di lingkaran elite dan oligarki.
Jika pemerintah terus abai, gelombang perlawanan rakyat dipastikan akan semakin besar.