Beritabaru.com.HALSEL – Desa Amasing Kali yang terletak di Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan, dalam beberapa tahun terakhir menghadapi bencana banjir yang semakin parah. Setiap musim hujan tiba, desa ini hampir selalu dilanda luapan air yang menyebabkan pemukiman warga tergenang, fasilitas umum lumpuh, dan aktivitas ekonomi terhenti. Sayangnya, meskipun bencana ini terjadi secara berulang, perhatian dari pemerintah daerah dinilai masih minim. Hal ini menimbulkan keprihatinan mendalam dari warga yang merasa hidup mereka semakin sulit, tanpa ada solusi nyata dari pihak berwenang.
Banjir yang melanda Desa Amasing Kali bukanlah fenomena baru. Namun, intensitas dan dampaknya terus meningkat dari tahun ke tahun. Beberapa faktor penyebab banjir di desa ini antara lain kerusakan lingkungan, berkurangnya daerah resapan air, pendangkalan sungai, dan buruknya sistem drainase. Selain itu, perubahan iklim global turut memperparah curah hujan ekstrem yang sulit diprediksi. Masyarakat setempat sering kali hanya bisa pasrah karena keterbatasan sumber daya dan kemampuan mereka dalam menghadapi bencana tersebut.
Ironisnya, keluhan warga terhadap kondisi ini tampaknya kurang mendapatkan respons yang memadai dari pemerintah daerah Halmahera Selatan. Berulang kali warga melaporkan situasi mereka kepada instansi terkait, namun hingga kini tindakan konkret belum juga terlihat. Padahal, banjir tidak hanya mengancam tempat tinggal, tetapi juga hasil pertanian, peternakan, dan sumber penghidupan utama masyarakat. Kerugian yang dialami setiap tahunnya bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi juga menimbulkan trauma dan kekhawatiran yang mendalam.
Beberapa warga menyampaikan bahwa pemerintah hanya turun ke lapangan setelah banjir besar terjadi, itu pun sebatas memberikan bantuan darurat seperti makanan dan selimut. Bantuan jangka panjang, seperti pembangunan tanggul pengaman, pengerukan sungai, atau perbaikan saluran drainase, masih jauh dari harapan. Tidak sedikit warga yang merasa bahwa perhatian pemerintah hanya bersifat seremonial, tanpa upaya nyata mengatasi akar permasalahan banjir.
Selain minimnya infrastruktur penanggulangan banjir, tidak ada program mitigasi bencana yang berjalan optimal di desa tersebut. Warga merasa tidak pernah mendapatkan pelatihan penanganan bencana atau informasi terkait evakuasi yang sistematis. Padahal, upaya edukasi masyarakat menjadi penting untuk meminimalisir risiko saat banjir datang secara tiba-tiba.
Lingkungan sekitar Desa Amasing Kali juga mengalami kerusakan akibat penebangan pohon secara liar di daerah hulu sungai. Hal ini memperparah kondisi banjir karena tidak ada lagi vegetasi yang mampu menyerap air hujan dalam jumlah besar. Sayangnya, langkah pemerintah untuk melakukan reboisasi dan penghijauan di daerah kritis tersebut belum terlihat secara nyata.
Masyarakat berharap agar pemerintah daerah Halmahera Selatan tidak hanya datang ketika bencana terjadi, tetapi juga hadir sebelum bencana itu terjadi dengan kebijakan dan tindakan yang mencegah musibah serupa di masa mendatang. Warga juga menginginkan adanya transparansi dalam penggunaan anggaran bencana, sehingga mereka yakin bahwa dana yang dialokasikan memang benar-benar digunakan untuk membantu masyarakat terdampak.
Beberapa solusi yang diusulkan masyarakat antara lain pembangunan bendungan kecil di hulu sungai, normalisasi sungai yang mengalami pendangkalan, serta peningkatan kapasitas drainase di wilayah permukiman. Selain itu, perlu adanya kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk melakukan penghijauan di sekitar daerah aliran sungai dan lahan-lahan yang rawan longsor.
Banjir di Desa Amasing Kali seharusnya menjadi alarm bagi pemerintah daerah untuk segera bertindak. Jika tidak ada langkah konkret yang diambil, dikhawatirkan bencana ini akan semakin parah di masa mendatang. Tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi, tetapi juga mengancam keselamatan warga dan kelangsungan.
Pewarta:Yasin Ali