Sabulu, Kutai Kartanegara – Bayang-bayang krisis gas LPG 3 kilogram (kg) atau gas melon kembali menghantui warga Kecamatan Sabulu dan sekitarnya. Untuk kedua kalinya dalam tahun ini, warga mengeluhkan kelangkaan gas melon yang telah berlangsung selama dua hari terakhir. Minimnya pasokan dari distributor membuat sejumlah warung pengecer kehabisan stok, menimbulkan keresahan dan kesulitan bagi masyarakat. Kondisi ini mengingatkan kembali pada kelangkaan parah yang terjadi pada bulan Februari lalu, yang menyebabkan antrean panjang dan harga jual melonjak tinggi.
Salah satu warung yang merasakan dampak langsung adalah warung “Bugis”, sebuah warung sayuran yang terletak di Blok D Desa Mekar Jaya, Poros Sabulu Muara Kaman. Pemilik warung, yang enggan disebutkan namanya, menyatakan bahwa ia sudah dua hari tidak dapat menjual gas melon karena ketiadaan pasokan. “Sudah dua hari ini sebelum lebaran Idul Adha tidak ada kiriman sama sekali,” ungkapnya kepada BeritabaruTerkini Sabtu sore (7/6/2025). Ia menambahkan bahwa ini sangat mempengaruhi pendapatannya dan membuat pelanggannya kecewa.
Kelangkaan gas melon ini bukan hanya sekadar ketidaknyamanan, tetapi juga berdampak signifikan terhadap kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat Sabulu. Ibu rumah tangga, yang menjadi pengguna utama gas melon untuk memasak, terpaksa mencari alternatif lain yang seringkali lebih mahal dan kurang praktis. Beberapa warga bahkan terpaksa harus menempuh perjalanan jauh untuk mencari gas melon di daerah lain.
Hingga saat ini, penyebab pasti kelangkaan gas melon tersebut masih belum diketahui. Apakah disebabkan oleh kendala distribusi, peningkatan permintaan, atau faktor lainnya, masih perlu diselidiki lebih lanjut. Pihak berwenang dan distributor gas diharapkan segera mengambil langkah-langkah konkret untuk mengatasi masalah ini dan menjamin ketersediaan gas melon bagi masyarakat Sabulu agar kejadian serupa tidak terulang kembali. Kecepatan respons dan transparansi informasi sangat dibutuhkan untuk meredakan keresahan warga.
Pewarta: Muh. Yunus