Beritabaru.com.Banten – Di balik teriakan kecil dan tatapan gugup seorang anak laki-laki yang bersiap dikhitan, tersimpan kisah besar tentang keberanian, harapan, dan awal dari sebuah perjalanan hidup. Khitan bukan sekadar tradisi—ia adalah momen sakral yang menjembatani masa kanak-kanak dengan dunia kedewasaan.
Dalam budaya masyarakat Muslim Indonesia, khitan tidak hanya menjadi bagian dari ajaran agama, tetapi juga tonggak awal pembentukan karakter seorang pria. Prosesi ini menanamkan nilai-nilai penting sejak dini—iman, tanggung jawab, keteguhan, dan keberanian menghadapi rasa takut.
“Khitan bukan hanya tentang proses medis, tapi tentang menyiapkan anak-anak kita menjadi pribadi yang kuat dan tangguh. Inilah momen mereka belajar arti menjadi laki-laki,” tutur Jam’an, seorang ayah di Kabupaten Serang, Provinsi Banten.
Di banyak daerah, khitan disambut layaknya perayaan. Keluarga besar berkumpul, doa-doa mengalun, ada tumpeng, hiburan rakyat, hingga hadiah sebagai bentuk penghargaan atas keberanian sang anak. Di tengah semua itu, satu hal menjadi nyata: ini bukan sekadar acara keluarga, tapi peristiwa penting yang dikenang seumur hidup.
Bagi orang tua, khitan adalah bukti cinta dan komitmen untuk membimbing anak menapaki hidup. Bagi sang anak, ini adalah langkah awal menjadi lebih dewasa. Dan di momen itulah seringkali semangat baru lahir-semangat untuk belajar, berbuat baik, dan mulai memikirkan masa depan.
“Anak saya bilang, sekarang dia sudah laki-laki sungguhan. Dia mulai bantu pekerjaan rumah, lebih serius belajar, dan bahkan bilang ingin jadi polisi,” kata Ibu Arpah, guru sekolah dasar yang matanya berkaca-kaca menceritakan perubahan anaknya pasca khitan.
Di era serba digital dan modern ini, nilai-nilai tradisional seperti khitan justru menjadi benteng penting dalam membentuk karakter generasi muda. Tradisi ini tak hanya mengajarkan keberanian, tapi juga mengikat anak pada akar budaya dan agama yang menjadi pondasi moral.
Tak peduli apakah ia tinggal di desa terpencil, pinggiran kota, atau di pusat metropolitan—setiap anak laki-laki yang dikhitan sedang memulai kisahnya sendiri. Kisah tentang tumbuh menjadi pribadi yang utuh. Kisah tentang keberanian pertama yang kelak akan membentuk keberanian-keberanian berikutnya.
Karena sejatinya, dari satu langkah kecil yang dijalani dengan ikhlas, bisa tumbuh jejak besar yang mengarah ke masa depan gemilang. Dari tenda-tenda sunat sederhana, dari pelukan hangat orang tua, dari senyum bangga di balik tangis—lahir generasi tangguh yang kelak akan memimpin, menjaga, dan membanggakan bangsa ini.