Bulukumba – Puluhan mahasiswa dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Bulukumba kembali turun ke jalan dan menggeruduk Kantor Bupati, Selasa (9/7). Mereka melancarkan kritik pedas terhadap pemerintahan Andi Muhtar Ali Yusuf yang dinilai abai terhadap keresahan rakyat dan justru memberi karpet merah bagi kepentingan investor dan pengembang bermasalah.
Unjuk rasa berlangsung panas namun tertib, meski kehadiran aparat keamanan cukup mencolok. Dari polisi, Satpol PP, hingga mobil pemadam kebakaran tampak bersiaga di sekitar lokasi. Hal ini justru memantik kritik dari peserta aksi.
“Kami ini mahasiswa, bukan teroris! Kenapa harus dijaga seolah-olah kami ancaman? Yang seharusnya dijaga adalah kepentingan rakyat, bukan penguasa dan investor rakus!” teriak salah satu orator dalam orasinya.
Dalam aksinya, PMII menuding ada dugaan kuat keterlibatan oknum-oknum dalam lingkar kekuasaan yang membekingi proyek-proyek perumahan bermasalah. Mereka menyoroti indikasi permainan anggaran subsidi dan pembiaran terhadap pelanggaran tata ruang yang terjadi secara masif di Bulukumba.
Tak hanya itu, sorotan juga tertuju pada aktivitas industri, khususnya pabrik Porang yang diduga membuang limbah ke lingkungan tanpa pengolahan memadai. Aksi protes ini disebut sebagai bentuk kepedulian terhadap masa depan ekologis dan kesehatan masyarakat.
Tiga Tuntutan PMII Bulukumba:
1. Mendesak Bupati dan aparat penegak hukum menjatuhkan sanksi tegas kepada developer nakal yang bermain-main dalam anggaran subsidi dan melanggar aturan pembangunan.
2. Menuntut penutupan seluruh industri dan gudang yang terbukti mencemari lingkungan serta melanggar aturan tata ruang.
3. Menyerukan Bupati Andi Muhtar Ali Yusuf untuk menghentikan bekingan terhadap investor bermasalah yang justru menindas hak-hak masyarakat kecil.
Aksi ini menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah agar tidak menutup mata terhadap berbagai persoalan struktural yang terus menumpuk. PMII menegaskan bahwa jika suara rakyat terus diabaikan, mereka siap kembali dengan gelombang aksi yang lebih besar dan konsolidasi lintas elemen.
“Kami membawa gagasan, bukan kekacauan. Tapi jika pemimpin tuli terhadap jeritan rakyat, maka sejarah yang akan mencatat siapa yang berada di sisi kebenaran!” tutup salah satu koordinator lapangan dalam orasinya.
Pewarta: Akbar