BONE – Air mata bercampur tawa haru pecah di Kabupaten Bone, Selasa malam (19/8/2025). Setelah berminggu-minggu diliputi keresahan, rakyat akhirnya bisa bernapas lega: pemerintah daerah resmi menunda kenaikan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2).
Keputusan itu datang setelah gelombang protes mahasiswa dan masyarakat tak terbendung. Jalanan Watampone yang sempat dipenuhi gas air mata dan darah pengunjuk rasa kini berubah menjadi saksi kemenangan rakyat kecil.
“Kami sangat bahagia dan bangga dengan adik-adik mahasiswa yang sudah berkorban, berdarah-darah, bahkan rela mewakafkan diri untuk rakyat. Kami ini sudah bingung mau mengadu ke mana, ternyata masih ada yang pro rakyat,” tutur Rahman, warga Kecamatan Barebbo, dengan mata berkaca-kaca.
Tak sedikit yang menganggap perlawanan mahasiswa menjadi “titik balik” bagi suara rakyat Bone. Dari jalanan, suara rakyat akhirnya menembus dinding kekuasaan.
“Jangan pernah berhenti bersuara. Kalianlah harapan terakhir kami ketika semua diam,” ucap Nurhayati, seorang ibu rumah tangga di Watampone, penuh emosi.
Penjabat Sekda Bone, Andi Saharuddin, menyampaikan langsung keputusan tersebut atas arahan Bupati Andi Asman Sulaiman, Wakil Bupati, serta pemerintah pusat.
“Atas petunjuk Bupati dan Wakil Bupati serta arahan pemerintah pusat untuk mengkaji ulang, maka untuk sementara, perhitungan PBB masih akan menggunakan NJOP lama,” tegasnya.
Pemkab menjamin, bagi warga yang sudah terlanjur membayar dengan perhitungan baru, uang mereka tidak akan hilang. “Kita kembalikan ke SPPT lama. Adapun yang sudah membayar akan disesuaikan,” tambahnya.
Malam itu, doa bersama bergema di kampung-kampung, dan warung kopi dipenuhi obrolan syukur. Seorang petani, Daeng Limpo, menyebut keputusan ini sebagai “hadiah kemerdekaan” bagi rakyat Bone.
“Alhamdulillah, suara kami akhirnya didengar. Kami sudah hampir putus asa. Terima kasih kepada pemerintah yang mau kembali mendengarkan jeritan rakyat kecil,” katanya penuh haru.
Kini rakyat Bone percaya: meski penuh darah dan air mata, perjuangan tidak sia-sia. Suara rakyat terbukti masih punya kuasa.***@red.