Opini: Modal Kerelawanan Umat, Harta Karun Islam yang Hanya Dimiliki Indonesia

Kaltim – Kekuatan umat Islam sering diukur dari jumlah masjid, organisasi, atau pengaruh politik. Namun, Indonesia memiliki aset tak ternilai dan tak terukur: modal kerelawanan umat. Kekuatan ini bukan berasal dari kekuasaan, melainkan dari panggilan hati nurani. Ia tak diatur negara, tak disponsori lembaga, dan tak menunggu sorotan. Cukup satu panggilan kemanusiaan, dan mereka bergerak.

Ambil contoh Agam, relawan Gunung Rinjani. Bukan tentara, pejabat, atau tokoh terkenal, namun saat mendengar wisatawan jatuh di jurang Rinjani, ia terbang dari Jakarta ke Lombok tanpa pamrih. Ia tak kenal korban, tak peduli asal-usul, agama, suku, atau latar belakangnya. Yang ia tahu, ada manusia yang membutuhkan pertolongan, dan hatinya tergerak untuk membantu.

Inilah wajah Islam Indonesia yang sering tersembunyi dari pemberitaan: Islam yang hadir di gunung, di lokasi bencana, di tenda pengungsian; Islam yang turun tangan, bukan hanya berdoa; Islam yang lebih fokus pada aksi daripada debat.

Berbeda dengan negara-negara Muslim lain. Di Timur Tengah, relawan sering terhambat protokol negara. Di Asia Selatan, perbedaan mazhab menghambat niat baik. Di Indonesia, umat Islam bergerak dari bawah, didorong hati nurani. Mereka tak menunggu perintah, hanya menunggu kesempatan untuk berbuat baik. Saat kesempatan itu datang, mereka menjadi penolong, pengangkat, pelindung – pahlawan tanpa nama.

Indonesia bukan negara Islam, namun kerelawanan umat Muslim di sini mencerminkan Islam yang sejati: tulus, penuh kasih sayang, dan tanpa batas. Inilah kekuatan dan harta karun yang tak dimiliki negara Islam mana pun.

 

Oleh Muh. Yunus, Kaltim

Pos terkait