“Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi, Tapi Warga Halsel Masih Merasa Jadi Penonton di Negeri Sendiri”

HALSEL, Maluku Utara – Di tengah klaim pemerintah bahwa Provinsi Maluku Utara mencatat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia tahun 2024, warga Halmahera Selatan justru melontarkan c JBurhatan dan kritik tajam. Mereka mempertanyakan, apakah pertumbuhan sebesar 27,27% yang didorong oleh sektor pengolahan dan pertambangan benar-benar membawa kesejahteraan bagi masyarakat lokal.

Salah satu warga Kabupaten Halmahera Selatan, Haji Yasin, menyampaikan unek-uneknya saat berbincang santai sambil ngopi sore pada Rabu (16/7/2025). Dalam pernyataannya yang viral di media sosial, ia mengaku heran dengan ketimpangan yang dirasakannya.

“Pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi apakah angka kemiskinan benar-benar turun? Lapangan kerja banyak, tapi apakah anak-anak daerah diberi ruang untuk ikut bersaing? Ini seperti berselimut tebal tapi dinginnya masih terasa hingga ke tulang,” ujarnya getir.

Ia menyoroti pentingnya langkah nyata dari pemerintah, bukan hanya data di atas kertas. Menurutnya, berkembangnya sektor pertambangan seharusnya menjadi peluang emas untuk menekan angka kemiskinan – bukan malah menciptakan kesenjangan baru.

Solusi Konkret untuk Anak Daerah

Yasin mengusulkan pembentukan tim khusus (timsus) dari pemerintah provinsi, yang bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota hingga ke level desa. Tugas tim ini adalah:

  • Mendata keluarga miskin secara akurat, termasuk usia produktif dalam keluarga kurang mampu.
  • Mempersiapkan SDM anak daerah melalui pelatihan keterampilan atau program beasiswa yang tepat sasaran.
  • Melibatkan pendekatan psikologis untuk mengetahui minat dan potensi warga sebelum diarahkan ke program-program pemberdayaan.
  • “Kalau anak-anak daerah hanya jadi penonton karena tak punya skill, itu sangat disayangkan. Pemerintah harus hadir, memberi perhatian dan membuka peluang agar generasi muda tidak hanya jadi penonton di tanah sendiri,” tegasnya.

Ia juga menyoroti risiko meningkatnya angka pengangguran dan kriminalitas usia produktif jika pemerintah abai terhadap kondisi ini.

“Apakah tidak kasihan kalau kesempatan kerja diisi pelamar dari luar, sementara pemuda lokal kehilangan harapan?” tambahnya.

Cinta Daerah, Bukan Sekadar Kritik

Meski berisi kritik tajam, Haji Yasin menegaskan bahwa semua ini disampaikan karena rasa cinta pada daerah. Ia berharap suara masyarakat akar rumput bisa sampai ke telinga para pengambil kebijakan.

“Kalau ada yang punya ide lain, silakan diangkat juga. Intinya, kami semua sayang dengan generasi muda di negeri ini. Semoga pemerintah bisa lebih peka dan bertindak nyata,” pungkasnya.

Pewarta :H.Yasin Ali

Pos terkait