“Skandal Inamosol: Jalan Rusak, Jembatan Runtuh, Pemerintah ke Mana?”

Seram Bagian Barat Sebuah unggahan viral di media sosial Facebook oleh akun Gerard Wakanno menyulut amarah publik. Dalam unggahan tersebut, tergambar jelas kondisi tragis jalan dan jembatan di Kecamatan Inamosol, Kabupaten Seram Bagian Barat. Potret kehancuran itu bukan sekadar masalah infrastruktur—ini adalah simbol nyata dari kelalaian dan pengkhianatan pemerintah terhadap rakyatnya.

Jalanan yang berlubang parah, jembatan yang nyaris ambruk, serta akses yang membahayakan nyawa menjadi realita sehari-hari bagi warga. Ironisnya, para pemimpin yang seharusnya memperjuangkan nasib rakyat justru tenggelam dalam kenyamanan fasilitas negara—diam seribu bahasa saat warganya merintih.

“Ini bukan sekadar jalan rusak. Ini adalah bukti nyata betapa rakyat telah ditinggalkan. Janji-janji politik hanyalah bualan,” tulis Gerard dengan nada kecewa.

Lebih menyakitkan, kondisi ini berdampak luas. Warga harus mempertaruhkan nyawa hanya untuk mengakses pelayanan kesehatan atau mengantar anak-anak ke sekolah. Seolah-olah hidup di Inamosol adalah sebuah bentuk hukuman.

Di mana suara wakil rakyat yang digaji dari uang rakyat? Di mana tanggung jawab Pemkab dan Pemprov? Masyarakat bukan meminta kemewahan, mereka hanya ingin hak dasar: jalan layak, jembatan aman, dan perhatian dari pemimpin yang mereka pilih sendiri.

Kemarahan publik kini memuncak. Suara tuntutan mulai menggema: “Rakyat butuh aksi nyata, bukan pidato kosong!”

Sudah saatnya pemerintah berhenti bersembunyi di balik rapat dan seremonial. Turun ke lapangan, lihat penderitaan rakyat, dan mulai bekerja! Rakyat tidak akan diam menghadapi ketidakadilan ini. Jika para pejabat terus abai, maka gelombang perlawanan masyarakat bisa menjadi harga mahal yang harus dibayar.*@red.

Pos terkait