Tim investigasi LIPAN Indonesia Kritik Kinerja Kapolres Kolaka, Desak Pengungkapan Kasus Pembunuhan Pasutri

Beritabaru.com.Kolaka,- Lentera Independen Pemerhati Aspirasi Nusantara (LIPAN) Indonesia menyampaikan kritik tajam terhadap Kapolres Kolaka, AKBP Moh Yosa Hadi, terkait lambatnya pengungkapan kasus pembunuhan pasangan suami istri (pasutri) Nurdin (54) dan Ratnawati (44). Kedua korban ditemukan tewas dengan luka serius di tubuh mereka pada Senin, 16 September 2024, di rumah panggung mereka di Desa Sani Sani, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka.

Adil Makmur, tim Investigasi dari LIPAN, menilai keterlambatan dalam mengungkap kasus ini semakin menimbulkan kekhawatiran di masyarakat. Berdasarkan informasi yang diperoleh, ada dugaan bahwa pasangan suami istri berinisial Yollo dan Tati melarang dilakukan autopsi terhadap kedua korban. Adil mendesak agar kepolisian menyelidiki lebih dalam dugaan keterlibatan pihak yang melarang autopsi tersebut, karena tindakan itu bisa menjadi kunci dalam mengungkap motif serta pelaku pembunuhan.

Dalam investigasi yang dilakukan oleh tim LIPAN pada Sabtu, 5 Oktober 2024, di Kantor Polsek Samaturu, Adil bertemu dengan Ipda Mustamin. Dalam pertemuan tersebut, Adil mendengar informasi bahwa Tati sempat menelepon anaknya dan mengatakan, “Jangan ditambah-tambah cerita,” yang menimbulkan dugaan bahwa ada upaya menghalangi pengungkapan kasus ini. Adil juga menyayangkan jika benar pasangan Yollo dan Tati menghalangi pihak berwenang untuk melakukan autopsi.

Lebih lanjut, Adil meminta klarifikasi kepada anggota Intel Polres Kolaka melalui pesan WhatsApp mengenai perkembangan penyelidikan kasus ini pada 14 Oktober 2024. Namun, jawaban yang diterima hanya, “Apa lagi mau diklarifikasikan?” yang dianggapnya tidak memadai. Ketika Adil menghubungi seseorang berinisial Ical Dalle, yang diketahui anggota Intel polres kolaka , Ical Dalle mengakui lewat telpon selulernya bahwa itu pihak keluarga yang menghalangi autopsi.

Kritik ini muncul di tengah kekhawatiran keluarga korban dan masyarakat sekitar yang mulai cemas karena penyelidikan berjalan lambat. Masyarakat Samaturu merasa trauma dan khawatir, apalagi ini bukan kali pertama kasus pembunuhan tidak terungkap di Desa Sani Sani. Seorang warga Desa Donggala bernama HS (64) menyebutkan bahwa sudah dua kali terjadi kasus serupa tanpa penyelesaian.

Setelah mendengar pernyataan HS, tim investigasi LIPAN Indonesia menyampaikan kepada media bahwa hingga saat ini belum ada perkembangan signifikan dalam pengungkapan kasus tersebut. “Sudah hampir sebulan, namun belum ada hasil konkret dari kepolisian. Jika Kapolres tidak mampu mengungkap motif pelaku, kami berharap beliau mundur dari jabatannya,” tegas Adil.

Adil juga menekankan bahwa kasus ini harus menjadi prioritas, mengingat kekejaman yang terjadi. LIPAN siap membantu investigasi jika diperlukan. “Kami mendesak Kapolres Kolaka untuk lebih serius dalam menangani kasus ini. Jika tidak, kami tidak segan-segan melaporkan hal ini ke instansi yang lebih tinggi,” ujar Adil. Ia juga berharap agar Mabes Polri turut memantau kinerja Kapolres Kolaka.**

Pos terkait