Tolak Relokasi Pasar Cekkeng Kasuara, Warga Bulukumba Geram: “Kami yang Sah Digusur, yang Ilegal Dibiarkan!”

“Bulukumba – Aroma ketidakadilan kembali menyeruak di Kabupaten Bulukumba. Puluhan pedagang dan pemilik lahan Pasar Cekkeng Kasuara angkat suara, menolak keras rencana relokasi paksa ke Pasar Sentral. Mereka menyebut langkah ini sebagai bentuk penindasan terhadap rakyat kecil yang justru selama ini taat aturan.

Andi Kamaluddin, pemilik lahan yang menjadi tempat berdirinya pasar tersebut, menyebut kebijakan ini tak ubahnya pemaksaan sepihak yang menyakiti hati para pedagang.

“Kami sudah puluhan tahun di sini, hidup dari rezeki halal, bayar retribusi resmi ke Pemda. Tapi justru kami yang mau disingkirkan. Sementara tambang-tambang ilegal dibiarkan hidup dan merusak alam tanpa disentuh hukum. Di mana letak keadilannya?” ujarnya dengan nada marah, Rabu (2/7/2025).

Suasana pasar hari itu tampak mencekam. Puluhan ibu-ibu dan lansia berdiri di bawah terik matahari, mengangkat poster penolakan sambil menangis. Sosok-sosok seperti Nenek Simon, Bu Suri, Andi Adda, Didi, Nurmaeni, Ambo Enre, hingga Karaeng Tompo pemilik sebagian besar lahan pasar berdiri di barisan terdepan perlawanan.

“Kami jualan sayur, kue, ikan. Kalau dipindah ke Pasar Sentral, kami bisa mati pelan-pelan. Biaya tinggi, sewa mahal, dan pembeli tidak seramai di sini,” lirih seorang nenek, air matanya menetes pelan.

Kemarahan warga juga tertuju pada Pemkab Bulukumba yang dinilai tebang pilih dalam menegakkan hukum. Pedagang resmi yang taat aturan digusur, sementara pelanggar besar seperti tambang ilegal dibiarkan beroperasi bebas.

“Kenapa tambang ilegal yang jelas-jelas merusak lingkungan dan membahayakan nyawa warga tak pernah disentuh? Tapi kami, pedagang kecil yang sah, justru yang digusur. Apa hukum di Bulukumba hanya tajam ke bawah, tumpul ke atas?” tegas Karaeng Tompo dengan suara lantang.

Warga bersumpah tak akan tinggal diam. Jika relokasi tetap dipaksakan, mereka siap turun ke jalan dan bahkan bermalam di pasar.

“Ini bukan sekadar tempat berdagang. Ini tempat kami hidup, membesarkan anak, menyambung nyawa. Jangan rampas nafkah kami hanya demi kepentingan segelintir elite!” teriak para pedagang bersatu.

Kini, Pasar Cekkeng Kasuara tak lagi sekadar tempat jual beli. Ia telah menjelma menjadi simbol perlawanan rakyat kecil terhadap arogansi kebijakan yang dinilai semakin jauh dari rasa keadilan dan nurani publik.

 

Pos terkait