Kindang, Bulukumba – Sebuah inisiatif luar biasa kembali lahir dari semangat gotong royong warga Dusun Mattirodeceng, Desa Kindang. Warga secara swadaya membangun jembatan tani yang menghubungkan wilayah lainya hingga SD 48 Sapayya. Pembangunan ini telah dimulai sejak Sabtu, 11 Januari 2025, dan meskipun sudah berlangsung selama enam bulan, hingga kini belum juga rampung karena terkendala cuaca dan kekurangan biaya, Selasa 22 juli 2025.
Pembangunan jembatan yang awalnya ditargetkan selesai dalam tiga bulan ini memakan dana sekitar Rp25 juta. Namun, masih diperlukan tambahan biaya sebesar Rp15 juta untuk menyelesaikan pengecoran balok dan kebutuhan bahan material lainnya, antara lain:
Pasir 1 truk: Rp1.400.000
Kerikil 1 truk: Rp1.800.000
Besi 20 batang: Rp1.200.000
Semen 75 zak: Rp4.875.000
Biaya lain-lain: Rp5.025.000
Meskipun keterbatasan terus membayangi, warga tidak patah semangat. Mereka tetap bekerja bersama demi kelancaran akses pertanian dan pendidikan di wilayah tersebut.
Salah satu tokoh masyarakat Kindang Pak.Ismail mengungkapkan pada awak media ini.
“Kita sebagai warga Indonesia, jangan hanya menunggu perubahan. Kita harus menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Tidak mungkin pemerintah bisa bantu terus setiap saat. Kalau bukan sekarang, kapan lagi kita bangun desa kita sendiri?”
Pernyataan tersebut menjadi tamparan halus bagi pemerintah Kabupaten Bulukumba yang hingga kini belum memberi perhatian nyata terhadap pembangunan ini. Padahal jembatan tersebut vital untuk mendukung akses hasil pertanian dan pendidikan anak-anak desa.
Di tengah geliat pembangunan nasional yang kerap dijadikan ajang pencitraan, warga Kindang telah membuktikan bahwa pembangunan sejati bukan soal janji, tapi aksi.(**)